Notification

×

Iklan

Iklan

Iklan


Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sosok Frietz Adu, Asal Suku Kekadulu Akan Menjadi Penentu Kemenangan Paket Lontar di Pilkada Tahun 2024

Sabtu, 23 Maret 2024 | 8:20 AM WIB | Di Baca 0 Kali Last Updated 2024-03-26T03:05:55Z

Dok Foto : Yeri Sula potret NTT.com

indonesia-maju.com-Rote Ndao-Publik Rote Ndao bertanya-tanya siapa pendamping Bima Fanggidae pasca meninggalnya almarhum Ernest Pella, sebagai Calon Wakil Bupati Periode 2019-2024 lalu. 


Duet kedua figur keterwakilan kekuatan Timor-Barat di Rote Ndao waktu itu sangat diperhitungkan oleh Paket Lentera sebagai pemenang. Kenapa, karena perolehan suara kedua paket hanya selisih 2.594 suara atau  2, 56 persen.


Sementara, pada Pilkada Tahun 2019 lalu pun, berdasarkan hasil rekapitulasi tim pemenangan dan relawan, duet pasangan  Bima-Ernest saat itu menang atas empat kecamatan, yakni Rote Selatan, Rote Tengah, Lobalain dan Rote Barat Laut.


Maka untuk Pilkada Tahun 2024 mendatang, perlu dilakukan pembedahan dan desain peta politik yang lebih kren agar tidak dibaca oleh lawan politik, karena sosok almarhum Ernest Pella yang dahulu merupakan keterwakilan kekuatan tengah dan timur telah berpulang ke Pangkuan Yang Maha Kuasa, sehingga posisinya akan diisi dan diduduki oleh Bima Fanggidae, dengan bercermin pada napak tilas leluhur mewakili kekuatan tengah ke timur.


Tenggang waktu kian tersisa dua bulan akan dilakukan pemberkasan mengawali Pilkada 2024, maka guna mengisi keterwakilan Tengah-Barat, khususnya untuk mendopleng dan menerobos lumbung suara di ex Nusak Ti Kecamatan Rote Barat Daya dan mempertahankan kemenangan di ex Nusak Dengka, Bima Fanggidae, telah mempersunting gadis "pujaan" baru yang merupakan salah satu putera terbaik ex Nusak Ti dari Leo Kekadulu.


Sekedar diketahui, keberadaan Kekadulu di ex Nusak Ti, merupakan Leo yang diberikan kemerdekaan seluas-luasnya dalam melakukan perkawinan dengan 25 Leo yang terbagi dalam dua suku besar, yaitu Sabarai dan Taratu.


Fakta historis ini menandai, bahwa Leo Kekadulu memiliki hubungan kekeluargaan dan kekerabatan lintas leo dan suku di ex Nusak Ti yang persebarannya meliputi luasan daerah tersebut.


Sedangkan berdasarkan tuturan, Leo Keka dulu karena diberikan otonomi, (kebebasan), maka sejumlah Leo yang datang dari luar ex Nusak Ti dapat diterima dan meleburkan diri ke dalam Suku Kekadulu, misalnya tiga orang leluhur asal Suku Takatein. Mereka melebur diri ke Suku Kekadulu. Peristiwa tersebut diperkirakan terjadi sekitar Tahun 1835, ketika terjadi perang tanding antara Ti dan Dengka, yang dikenal dengan nama perang Kokolo.


Penyebaran keturunan dari tiga leluhur ini bisa di temui di Dusun Soruk, Deranitan, Tekeme, Nggaiai dan Lole.


Leo Kekadulu juga masih memiliki garis silsilah keturunan dengan Suku Leo Lulu di ex Nusak Dengka, maka hingga hari ini masih dipercaya oleh sebagian anak Leo Kekadulu dan Leo Lulu, bahwa dahulu ketika terjadi perang tanding antara ex Nusak Ti dan Dengka, lalu ada anak Leo dari kedua suku ini berada di garis depan sebagai panglima perang maka perang tersebut tanpa ada perdamaian akan berakhir.


Ceritera usang tentang masa lalu ex Nusak Ti dan Dengka dari Leo Kekadulu dan Leo Lulu tersebut tersirat makna bahwa marwah keduanya merupakan simbol pemersatu semua perbedaan menjadi talian kekeluargaan dan kekerabatan yang kuat.


Sebagai bukti dari nilai histori itu, kedua Leo besar ini memiliki tanda khusus atau  simbol, bahwa mereka berasal dari satu, "gandong/kandung" yakni memiliki potongan telinga binatang yang sama. Bersambung ke edisi berikut



















×
Pasang Iklan Disini