Notification

×

Iklan

Iklan

Iklan


Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ibarat Ayam Jantan Akan Berkokok Diterbitnya Sunrise, Seribu Pelangi Bersemayam di Batas Sunset

Sabtu, 13 April 2024 | 4:38 PM WIB | Di Baca 0 Kali Last Updated 2024-04-20T04:36:16Z

 



indonesia-maju.com-Rote Ndao-Gonjang-ganjing nuansa politik di Kabupaten Rote Ndao, belakangan ini masih penuh teka-teki. Mengapa, karena dari, baik figuritas bakal calon, (balon), maupun pasangan bakal calon, (Paslon), ibarat seorang seniman yang sedang "meneropong", urat bongkahan kayu untuk memulai sebuah pahatan menjadi ukiran yang kren tapi belum ditemukan.



Hal ini bisa dilihat dari sejumlah nama putera daerah terbaik Rote Ndao, misalnya, Bima Fanggidae, (Paket Lontar), Vicoas Amalo, (VA), Paulus Henukh, (PH), dan Nyonya Paulina Haning-Bullu, (Paket Lentera), yang baru memiliki figur Paslon adalah Paket Lontar, (Bima Fanggidae Cs Frits Marsel Adu), dan Paulus Henukh dan Jonas C. Lun, (nama paketnya belum dipublish ke publik), sementara yang lain masih sebatas wacana alias, "omon-omon". 



Duet "ganas" dua figur ini menimbulkan ego sentris wilayah yang kuat dan menjadi percakapan menarik pada setiap kesempatan oleh masyarakat Rote Ndao. 



Ada yang paham kolaborasi figuritas mengatakan, sosok Bima Fanggidae merupakan keterwakilan emosional masyarakat wilayah bagian timur, karena rumpun keluarga besar "Fanggidae', persebarannya hampir seantero ex Nusak Termanu Kecamatan Rote Tengah dan ex Nusak Talae dan Keka Kecamatan Rote Selatan. 



Sehingga patut diberikan uplose, bahwa secara diam-diam keberadaan sosok Om Bim, pria dengan jamban putih ini di Pilkada Rote Ndao Tahun 2024 mendatang diakui sebagai "ayam jantannya" Dae Dulu, (red=masyarakat Rote yang mendiami Pulau Rote bagian timur).



Maka bila diibaratkan berada dalam arena "taji ayam jago" maka om berjamban putih ini dinilai sebagai "Ayam Jago dari Timur".


Fenomena ego sentris wilayah dari keberadaan om Bim itu tidak serta merta diterima oleh masyarakat Rote bagian barat, mereka juga menilai, bahwa Om Bim bukanlah orang Rote bagian timur. Sebab, Om Bim "Si Jamban Putih", memiliki dua orang nenek dari Suku Mandato dan Mooy Umbuk di ex Nusak Ti Rote Barat Daya, serta mama kandung bermarga Ndolu-Haning, dari Netenaen Ex Nusak Dengka Rote Barat Laut, serta napak tilas leluhur Lai Pala hingga ke persebarannya dalam sejumlah Leo, baik di Rote Barat Daya dan Rote Barat Laut, mereka juga mengklaim bahwa Bima Fanggidae adalah sosok yang terlahir dari "rahim ex Nusak Ti dan Dengka",. 


Sehingga bagai "Seribu Pelangi Bersemayam Di Batas Sunset", sangatlah bermakna historis, bahwa pria berjamban putih ini ternyata memiliki untaian benang merah dalam silsilah keluarga dari ujung timur hingga barat Pulau Rote. Yang oleh para penyair di era leluhur menyebutnya, "Sepe Langga do Timu dulu ma Tada Muri do Anda Iko," do Ledoh sou ma Ledoh tena,", ma Dae Murir ma Dae Dulur,". 


Dalam tatanan sosial politik dan kemasyarakatan, orang Rote dalam menghadapi sesuatu tentu selalu mengandalkan keluarga sebagai kekuatan.


Hal itu sudah dilakukan oleh para leluhur di masa kehidupan mereka. Dimana mereka selalu menyebutnya," Parani tati batu ela mana nggeo dea dei". Makna harafiah dari syair tersebut menjelaskan, "sehebat apapun seorang Rote tidak terlepas dari dukungan keluarga, saudara, dan handai touland.


Bahkan hal itu juga muncul dalam ilmu berpolitik bahwa salah satu indikator kemenangan seseorang dalam berpolitik harus memiliki basis massa dan basis itu meliputi beberapa aspek, selain elektabilitas dan kapabilitas, pertama, keluarga, suku, ras dan agama. 


Mungkin bagi kaum awam menganggapnya biasa biasa saja bahkan dengan celoteh yang terkesan tak paham politik, berani mengatakan ini bukanlah pemilihan kepala suku dan bla bla, hanya untuk menutupi kedunguan dan ketidakpahaman dalam politik. 


Lebihnya lagi, ada orang-orang tertentu telah mengklaim persentase perolehan suara di kecamatan tertentu tanpa menghitung dan mempertimbangkan sejumlah indikator. Ini seperti membuat kegaduhan politik bagi masyarakat karena saat ini mereka sudah sangat paham akan politik.


Tentu hal itu akan menjadi bumerang bagi yang telah memberikan harapan atau janji manis karena ketika tidak mencapai target maka imbasnya akan hilang kepercayaan. 


Dasar pijakan itu, om Bim dalam berpolitik tak ingin "termakan" atau terkecoh dan terpengaruh dengan apapun. Sebab dia sangat yakin Pilkada tahun ini Tuhan sudah mempersiapkan siapa calon pemimpinnya.


Keyakinan tersebut tentu dengan kerendahan hati dan kesantunannya dalam berpolitik, pak Bim selalu ingin menciptakan warna politik di Pilkada Rote Ndao kali ini penuh cinta, kasih dan bermartabat tanpa mencederai satu sama yang lain diantara lawan politik. *Tim
×
Pasang Iklan Disini